SISTEM PENCERNAAN PADA KELINCI
SISTEM PENCERNAAN PADA KELINCI
Kelinci
merupakan ternak pseudo ruminan yaitu monogastrik herbivor yang
tidak dapat mencerna serat kasar dengan baik, mempunyai lambung sederhana
monogastrik yang memiliki sekum di antara usus halus dan usus besar. Sistem
pencernaan ini menjadikan kelinci tetap membutuhkan protein dalam ransumnya,
kelinci dapat mencerna serat kasar, protein dan karbohidrat dari hijauan dengan
bantuan bakteri selulolitik, amilolitik dan proteolitik yang hidup dalam
sekumnya.
Proses pencernaan kelinci dimulai secara mekanik dari
mulut dengan bantuan enzim kemudian proses tersebut dilanjutkan di lambung dan
usus kecil. Penyerapan zat makanan pada kelinci terjadi di usus halus hal ini
sesuai dengan literatur K.Maaruf,et
al.(2015), usus halus dibagi menjadi tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum merupakan bagian utama pada usus
halus berfungsi menetralkan tingkat keasaman yang terjadi di lambung kemudian
enzim untuk memecah makanan seperti enzim proteolitik, lipolitik dan
amilolitik. Jejenum bagian tengah terjadi penyerapan asam amino, asam lemak dan
glukosa. Ileum bagian akhir penyerapan nutrisi makanan dan vitamin B. Kelinci memiliki sistem pencernaan
yang amat rumit, dan mereka tidak dapat mencerna semua makanan dengan cara yang
sama. Sebagai contoh, mereka dapat mencerna fruktosa (zat gula pada
buah-buahan) dengan sangat baik, namun kemampuan untuk mencerna gula jenis lain
sangat rendah, karenanya permen dan kue-kue manis dapat membuat kelinci menjadi
sangat sakit. Hal ini disebabkan karena gula dan zat-zat makanan yang tidak
dapat dicerna oleh usus halus kelinci akan menumpuk di cecum, dan memancing
bertambahnya bakteri produsen racun yang menyebabkan banyak penyakit pada
kelinci.
Kelinci sangat payah dalam hal mencerna selulosa hal ini
merupakan paradoks bagi hewan pemakan tumbuhan. Daya cerna yang lemah terhadap
serat dan kecepatan pencernaan kelinci untuk menyingkirkan semua partikel yang
sulit dicerna menyebabkan kelinci membutuhkan jumlah makanan yang besar.
Proses pencernaan dimulai di mulut, dimana makanan akan
diremukkan oleh gigi. Ketika seekor kelinci makan, ia akan mengunyah kira-kira
300 kali dan mencampurkannya dengan liurnya. Ketika makanan sudah terasa halus,
kelinci akan menelan makanan melewati kerongkongan dan makanan akan berpindah
ke lambung, disana kontraksi otot akan meremas dan memutar makanan, memisahkan
partikel-partikel dan mencampurkan mereka dengan cairan lambung.
Sistem pencernaan
kelinci merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan caecum dan
usus yang besar hal ini sesuai dengan literatur Puger, A.W,et al.(2016), hal
ini memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahanbahan hijauan, rumput dan
sejenisnya. Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah
seperti yang terjadi pada saluran cerna . Kelinci mempunyai sifat copopraghy
yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan. Feses ini berwarna hijau muda dan
lembek.
Kelinci
memerlukan nutrien berupa: karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan
air (de Blass dan Wiseman, 1998). Menurut McNitt et al. (1996) hanya
sebagian kecil protein yang dapat dicerna dan protein dicerna didalam sekum dan
kolon karena sebagian besar sudah tecerna di usus halus. Amonia adalah hasil
akhir dari metabolisme N dan merupakan sumber utama sintesis MO dalam sekum dan
kolon.
Hal
ini terjadi karena konstruksi saluran pencernaannnya sehingga memungkinkan
kelinci untuk memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian
bawah atau yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang
berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecah selulose/serat menjadi
energi yang berguna. Pencernaan makanan kelinci hampir sekitar 40%-nya dalam
usus besar. Di sana terjadi pemilihan jenis makanan yang sedang dicerna, antara
makanan bernutrisi dan makanan berserat. Sari makanan bernutrisi kemudian
diserap oleh tubuh, sedangkan sisa makanan berserat kemudian dikeluarkan
sebagai feses. Feses inilah yang kemudian dimakan kembali oleh kelinci untuk
mengulang proses pencernaan yang sama, proses ini biasanya disebut dengan coprophagy.
Kelinci
termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidakdapat mencerna
serat kasar dengan baik. Kelinci memfermentasi pakan di usus belakangnya hal
ini sesuai dengan literatur Sabuj kanti Nath,et al(.2016). Fermentasi
hanya terjadi di caecum (bagian pertama usus besar), yang kurang lebih merupakan
50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya. Sekitar umur tiga minggu kelinci
mulai mencerna kembali kotoran lunaknya, langsung dari anus (proses ini disebut
caecotrophy) tanpa pengunyahaan. Kotoran ini terdiri atas konsentrat
bakteri yang dibungkus oleh mukus. Walaupun memiliki caecum yang besar,
kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan-bahan organikdan serat kasar dari
hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia murni. Daya cerna
mengonsumsi hijauan daun mungkin hanya 10% .
Usus halus merupakan
organ utama untuk melakukan aktivitas pencernaan dan penyerapan nutrien. Usus
halus dapat bergerak karena adanya gerakan peristalsis. Peristalsis berfungsi
untuk menggerakkan isi usus (kimus) sepanjang usus dan
meningkatkan pergeseran isi usus dengan permukaan mukosa usus, sehingga isi
usus dapat dicerna dan nutrien dapat diabsorbsi .
Komentar
Posting Komentar