TEKNIK BIOKIMIA
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki
membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan
berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam
kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen
penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan
manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif
sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan
antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Colome, 2001).
Uji biokimia merupakan salah uji yang digunakan untuk
menentukan spesies bakteri yang tidak diketahui sebelumnya. Setiap bakteri
memiliki sifat biokimia yang berbeda sehingga tahapan uji biokimia ini sangat
membantu proses identifikasi. Setelah sampel diinokulasikan pada media
differensial atau selektif, kemudian koloni bakteri diinokulasikan pada media
uji biokimia. Ada 12 jenis uji yang sering digunakan dalam uji biokimia
walaupun sebenarnya masih banyak lagi media yang dapat digunakan (Adam, 2001).
Pentingnya dilakukan praktikum ini adalah untuk melakukan teknik identifikasi
dan karakterisasi jenis bakteri melalui uji biokimia.
Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi melalui sifat - sifat fisiologinya. Proses biokimia erat kaitannya dengan metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang menghasilkan energi maupun yang menggunakan energi untuk sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan selular, seperti pergerakan. Suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat morfologinya saja, sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen bakteri yang tidak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pegamatan fisiologis yang memadai mengenai kandungan organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakterisasi dan klasifikasi sebagian mikroorganisme seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik maupun biokimia. Mikroorganisme dapat tumbuh pada beberapa tipe media yang memproduksi tipe metabolit yang dapat dideteksi dengan reaksi antara mikroorganisme dengan reagen test yang dapat menghasilkan perubahan warna reagen (Cowan, 2004).
2.1 Uji Indol
Media yang dipakai adalah pepton 1%. Uji indol
digunakan untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim triptophanase
sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam amino triptophan membentuk
indol. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s
yang berisi paradimetil amino bensaldehid. Interpretasi hasil : negatif (-) :
Tidak terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan biakan, artinya
bakteri ini tidak membentuk indol dari triptophan sebagai sumber karbon.
Positif (+) : Terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini membentuk indol dari triptophan sebagai sumber
karbon(Cowan, 2004).
2.2 Uji MR
Media yang digunakan adalah pepton glukosa phosphat. Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya fermentasi asam campuran (metilen glikon). Interpretasi hasil : negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambah methyl red 1%. Positif (+) : Terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan methyl red 1%. Artinya bakteri menghasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam media MR (Cowan, 2004).
2.3 Uji VP
Media yang dipakai adalah pepton glukosa phosphat. Uji
ini digunakan untuk mengetahui pembentukan asetil metil karbinol (asetoin) dari
hasil fermentasi glukosa. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi
perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan a naphtol 5% dan KOH
40%. Positif (+) : terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah
ditambahkan a naphtol 5% dan KOH 40%, artinya hasil akhir fermentasi bakteri
adalah asetil metil karbinol (asetoin) (Colome, 2001).
2.4 Uji Citrat
Media yang dipakai adalah Simons citrat. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada media Simons citrat berisi indikator BTB (Brom Tymol Blue). Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Artinya bakteri ini tidak mempunyai enzim sitrat permease yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel. Sehingga bakteri tidak menggunakan citra sebagai salah satu/satu-satunya sumber karbon. Positif (+) : terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru, artinya bakteri menggunakan citrat sebagai salah satu/satu-satunya sumber karbon (Ratna, 2012).
2.5 Uji Motilitas
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak bakteri, bisa memakai media MO (Motilitas Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain untuk melihat motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan H2S. Interpretasi hasil : negatif (-) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar hanya pada bekas tusukan inokulasi. Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki flagel (Burrows, 2004).
2.6 Uji Urenase
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri
mempunyai enzim urease yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Media
urea berisi indikator phenol red. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak
terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya bakteri tidak
memecah urea membentuk amoniak. Positif (+) : tidak terjadi perubahan warna
media menjadi pink/merah jambu, artinya bakteri memecah urea membentuk amoniak
(Lim, 2006).
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi
solid dengan kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui gerak bakteri, bisa memakai media MO (Motilitas Ornitin) atau SIM
(Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain untuk melihat motilitas bisa
juga untuk test indol dan pembentukan H2S. Interpretasi hasil : negatif (-) :
terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar hanya pada bekas
tusukan inokulasi. Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna
putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan
dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki
flagel (Burrows, 2004).
2.8 Uji Urenase
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim urease yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Media urea berisi indikator phenol red. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya bakteri tidak memecah urea membentuk amoniak. Positif (+) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya bakteri memecah urea membentuk amoniak (Lim, 2006).
2.9 Uji TSA (Triple Sugar Iron Agar)
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam karbohidrat yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol red yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Glukosa berada di dasar media sedangkan laktosa dan sukrosa berada di bagian lereng. Selain menggunakan media TSIA dapat pula digunakan media KIA (Kligers Iron Agar), bedanya adalah pada media KIA hanya berisi 2 macam karbohidrat yaitu glukosa dan laktosa. Interpretasi hasil : hanya memfermentasi glukosa : Bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa) ? Al/Ac atau K/A. Memfermentasi semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna kuning (bersifat asam) ? Ac/Ac atau A/A. Tidak memfermentasi semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna merah (bersifat basa) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa) ? Al/Al atau K/K. Fermentasi pada TSIA juga disertai dengan pembentukan gas CO2 yang dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar. Media TSIA juga dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S yaitu melihat apakah bakteri memfermentasi metionin dan sistein (Asam amino yang mempunyai gugus S). Pada media TSIA terdapat asam amino metionin dan sistein, jika bakteri memfermentasi kedua asam amino ini maka gugus S akan keluar dan gugus S akan bergabung dengan H2O membentuk H2S. Selanjutnya H2S bergabung dengan Fe2+ membentuk FeS berwarna hitam dan mengendap (Buchanan, 2003).
2.10 Uji Gula-gula
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah bakteri
memfermentasi masing-masing gula diatas membentuk asam. Media gula-gula ini
terpisah dalam 5 tabung yang berbeda dan media yang digunakan adalah
masing-masing gula dengan konsentrasi 1% dalam pepton. Masing-masing gula gula
ditambahkan indikator phenol red. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak
terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning, artinya bakteri tidak
memfermentasi gula .Positif (+) : terjadi perubahan warna media kudari merah
menjadi kuning. Artinya bakteri memfermentasi gula membentuk ditandai dengan
tinta pada tutup kapas yang berbeda-beda. Untuk glukosa tidak berwarna, laktosa
berwarna ungu, maltosa berwarna merah, manitol berwarna hijau, dan sukrosa
berwarna biru. Didalam media gula- asam, positif + gas (+g) : Terjadi perubahan
warna media dari merah menjadi kuning. Artinya bakteri memfermentasi gula
membentuk asam dan gas. Gas yang diperhitungan minimal 10% dari tinggi tabung
durham (Adam, 2001)
Komentar
Posting Komentar